Kisah Renungan: Tuhan Itu Ada !!
Kisah Renungan: Tuhan Itu Ada !! - Ada seorang pemuda, ia tergolong orang yang cerdas di bidang ilmu pengetahuan. Karena kecerdasannya itu...
https://asalbikinblog.blogspot.com/2013/08/kisah-renungan-tuhan-itu-ada.html
Kisah Renungan: Tuhan Itu Ada !! - Ada seorang pemuda, ia tergolong orang yang cerdas di bidang ilmu pengetahuan. Karena kecerdasannya itu, ia selalu berfikir realistis. Semua yang ia lakukan berdasarkan pada logika. Hingga kecerdasannya itu membuatnya orang-orang hormat kepadanya. Namun suatu ketika ia kemudian menyangkal soal eksistensi tuhan.
Ia duduk termenung di kamarnya, muncul satu pertanyaan dalam pikirannya, sebuah pertanyaan sederhana tapi akan mampu merubah kehidupannya. pertanyaan tersebut adalah �Apakah Tuhan itu ada?�
Belum sempat mencari jawaban dari satu pertanyaan itu, sudah muncul lagi banyak pertanyaan akar dari pertanyaan pertama tadi, �Seperti apakah Tuhan itu?, Dimanakah Dia tinggal?�
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin memenuhi pikirannya, meskipun dengan kecerdasannya dia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan itu, hingga suatu saat, dia memutuskan untuk pergi mencari jawabannya. Berharap di suatu tempat ia menemukan jawabannya atau bertemu dengan seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya.
Setelah seharian berjalan dia-pun beristirahat di sebuah mushola kecil. Saat tengah melepas lelah, ia melihat seorang kakek yang sedang berdzikir setelah menunaikan sholat, cukup lama pemuda itu memperhatikan sang kakek yang sedang khusyuk berdzikir, hingga akhirnya sang kakek selesai dzikir dan menoleh kepadanya. Senyum-pun mengembang dari raut wajah sang kakek yang sudah nampak keriput.
Kemudian sang kakek bertanya kepada si pemuda �Sudah sholat nak?� si pemuda menjawab dan diteruskan mengajukan pertanyaan kepada sang kakek �Belum, kenapa kakek cape-cape sholat? dan apa yang kakek lakukan tadi? kakek bisa menikmati masa tua kakek dengan minum teh dan bermain bersama cucu-cucu kakek�
Senyum sang kakek kembali mengembang sebelum menjawab pertanyaan si pemuda yang terdengar agak konyol baginya, �Sholat adalah kewajiban seorang muslim, dan dzikir seperti yang kakek lakukan tadi adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan.Itulah cara kakek menikmati sisa umur kakek�
Lalu si pemuda bertanya apa yang ada dalam pikirannya selama ini, �Apakah Tuhan itu benar-benar ada kek?� mendengar pertanyaan si pemuda, sang kakek akhirnya sadar kalau saat ini dia sedang berbicara dengan pemuda yang sedang mencari jati diri.(Sebuah pemikiran yang bijak, karena mungkin jika pemuda itu bertanya kepada kita, kita justru akan mentertawakannya dan menganggap pemuda itu bodoh walaupun mempunyai daya intelektual yang tinggi.)
Tapi bukannya memberikan jawaban sang kakek malah balik bertanya kepada si pemuda, �Apakah kamu tahu siapa yang menciptakanmu? yang menciptakan bumi dengan segala keindahannya? siapa yang menumbuhkan buah-buahan untuk kita makan? yang menciptakan gunung-gunung yang menjulang tinggi, yang menciptakan lautan yang luas dan yang menciptakan langit yang kokoh tanpa tiang?�
Si pemuda menjawab, �Dari apa yang saya pelajari selama ini, itu semua terjadi karena proses alam kek, saya cukup kompeten dalam bidang ini.� Sang kakek kembali bertanya, �Lalu siapa yang membuatmu menjadi seperti sekarang ini? pintar, memiliki pengetahuan yang luas, dan semua yang kamu inginkan?�.
�Semua itu saya dapatkan dari usaha saya sendiri tentunya, saya selalu belajar dengan keras agar bisa seperti sekarang ini.� jawab si pemuda.
Kemudian sang kakek berkata, �Kakek tahu kamu pemuda yang cerdas dan berpengalaman, tapi sepertinya kamu belum pernah mendengar kisah Ibnu Hajar. Memang benar kamu bisa seperti sekarang ini atas kerja keras kamu, tapi semua kerja kerasmu tidak akan ada artinya jika Tuhan tidak atau belum menghendaki kamu menjadi seperti sekarang ini.�
Mendengar perkataan sang kakek, si pemuda menjadi sedikit emosi, ia merasa kerja kerasnya selama ini tidak dianggap oleh sang kakek, dengan nada agak tinggi si pemuda bertanya �Kalau memang Tuhan itu ada, lalu dimana Dia? seperti apa Tuhan itu?
�Tuhan itu ada dimana-mana,karena sebenarnya Dia ada di sini(sambil menujuk dada si pemuda), di dalam hati kamu. Kalau seperti apa Dia, kakek sendiri belum pernah melihat-Nya.� jawab sang kakek.
Kemudian si pemuda kembali bertanya �Kalau kekek sendiri belum pernah melihat Tuhan, tidak tahu seperti apa itu Tuhan, bagaimana bisa kakek percaya kalau Tuhan itu ada?
Seketika itu, sang kakek memukul si pemuda itu. �Kenapa kakek memukul saya?� tanya si pemuda. Tanpa menjawab sang kakek jusrtu bertanya kepada si pemuda �Sakit?�.
�Namanya dipukul ya sakit kek.� jawab si pemuda. Sang kakek pun kembali bertanya, �Seperti apa sakit itu?� Si pemuda hanya terdiam sambil memegangi pipinya yang tadi dipukul oleh sang kakek.
�Seperti itulah Tuhan, tidak bisa digambarkan tapi bisa dirasakan. Dan untuk bisa merasakan-Nya harus dengan hati, bukan dengan logika�, kata kakek.
�Ya sudah, sepertinya kamu sedang kelelahan setelah perjalanan panjang, kamu istirahat saja dulu disini, kakek mau melanjutkan pekerjaan kakek dulu.� lanjut sang kakek. (jow)
Setelah sang kakek pergi, pemuda itu pun merenungi apa yang dikatakan sang kakek, hingga akhirnya ia sadar bahwa selama ini dia terlalu mengandalkan logikanya dalam menghadapi setiap permasalahannya. Dan akhirnya dia menemukan jawaban dari pertanyannya baahea Tuhan memang ada, hanya dia yang tidak bisa merasakan.
Setelah itu dia bergegas berlari mengejar sang kakek, dan meminta sang kakek untuk mengajarinya tentang ilmu agama. | jadiberita.com
Ia duduk termenung di kamarnya, muncul satu pertanyaan dalam pikirannya, sebuah pertanyaan sederhana tapi akan mampu merubah kehidupannya. pertanyaan tersebut adalah �Apakah Tuhan itu ada?�
Belum sempat mencari jawaban dari satu pertanyaan itu, sudah muncul lagi banyak pertanyaan akar dari pertanyaan pertama tadi, �Seperti apakah Tuhan itu?, Dimanakah Dia tinggal?�
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin memenuhi pikirannya, meskipun dengan kecerdasannya dia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan itu, hingga suatu saat, dia memutuskan untuk pergi mencari jawabannya. Berharap di suatu tempat ia menemukan jawabannya atau bertemu dengan seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya.
Setelah seharian berjalan dia-pun beristirahat di sebuah mushola kecil. Saat tengah melepas lelah, ia melihat seorang kakek yang sedang berdzikir setelah menunaikan sholat, cukup lama pemuda itu memperhatikan sang kakek yang sedang khusyuk berdzikir, hingga akhirnya sang kakek selesai dzikir dan menoleh kepadanya. Senyum-pun mengembang dari raut wajah sang kakek yang sudah nampak keriput.
Kemudian sang kakek bertanya kepada si pemuda �Sudah sholat nak?� si pemuda menjawab dan diteruskan mengajukan pertanyaan kepada sang kakek �Belum, kenapa kakek cape-cape sholat? dan apa yang kakek lakukan tadi? kakek bisa menikmati masa tua kakek dengan minum teh dan bermain bersama cucu-cucu kakek�
Senyum sang kakek kembali mengembang sebelum menjawab pertanyaan si pemuda yang terdengar agak konyol baginya, �Sholat adalah kewajiban seorang muslim, dan dzikir seperti yang kakek lakukan tadi adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan.Itulah cara kakek menikmati sisa umur kakek�
Lalu si pemuda bertanya apa yang ada dalam pikirannya selama ini, �Apakah Tuhan itu benar-benar ada kek?� mendengar pertanyaan si pemuda, sang kakek akhirnya sadar kalau saat ini dia sedang berbicara dengan pemuda yang sedang mencari jati diri.(Sebuah pemikiran yang bijak, karena mungkin jika pemuda itu bertanya kepada kita, kita justru akan mentertawakannya dan menganggap pemuda itu bodoh walaupun mempunyai daya intelektual yang tinggi.)
Tapi bukannya memberikan jawaban sang kakek malah balik bertanya kepada si pemuda, �Apakah kamu tahu siapa yang menciptakanmu? yang menciptakan bumi dengan segala keindahannya? siapa yang menumbuhkan buah-buahan untuk kita makan? yang menciptakan gunung-gunung yang menjulang tinggi, yang menciptakan lautan yang luas dan yang menciptakan langit yang kokoh tanpa tiang?�
Si pemuda menjawab, �Dari apa yang saya pelajari selama ini, itu semua terjadi karena proses alam kek, saya cukup kompeten dalam bidang ini.� Sang kakek kembali bertanya, �Lalu siapa yang membuatmu menjadi seperti sekarang ini? pintar, memiliki pengetahuan yang luas, dan semua yang kamu inginkan?�.
�Semua itu saya dapatkan dari usaha saya sendiri tentunya, saya selalu belajar dengan keras agar bisa seperti sekarang ini.� jawab si pemuda.
Kemudian sang kakek berkata, �Kakek tahu kamu pemuda yang cerdas dan berpengalaman, tapi sepertinya kamu belum pernah mendengar kisah Ibnu Hajar. Memang benar kamu bisa seperti sekarang ini atas kerja keras kamu, tapi semua kerja kerasmu tidak akan ada artinya jika Tuhan tidak atau belum menghendaki kamu menjadi seperti sekarang ini.�
Mendengar perkataan sang kakek, si pemuda menjadi sedikit emosi, ia merasa kerja kerasnya selama ini tidak dianggap oleh sang kakek, dengan nada agak tinggi si pemuda bertanya �Kalau memang Tuhan itu ada, lalu dimana Dia? seperti apa Tuhan itu?
�Tuhan itu ada dimana-mana,karena sebenarnya Dia ada di sini(sambil menujuk dada si pemuda), di dalam hati kamu. Kalau seperti apa Dia, kakek sendiri belum pernah melihat-Nya.� jawab sang kakek.
Kemudian si pemuda kembali bertanya �Kalau kekek sendiri belum pernah melihat Tuhan, tidak tahu seperti apa itu Tuhan, bagaimana bisa kakek percaya kalau Tuhan itu ada?
Seketika itu, sang kakek memukul si pemuda itu. �Kenapa kakek memukul saya?� tanya si pemuda. Tanpa menjawab sang kakek jusrtu bertanya kepada si pemuda �Sakit?�.
�Namanya dipukul ya sakit kek.� jawab si pemuda. Sang kakek pun kembali bertanya, �Seperti apa sakit itu?� Si pemuda hanya terdiam sambil memegangi pipinya yang tadi dipukul oleh sang kakek.
�Seperti itulah Tuhan, tidak bisa digambarkan tapi bisa dirasakan. Dan untuk bisa merasakan-Nya harus dengan hati, bukan dengan logika�, kata kakek.
�Ya sudah, sepertinya kamu sedang kelelahan setelah perjalanan panjang, kamu istirahat saja dulu disini, kakek mau melanjutkan pekerjaan kakek dulu.� lanjut sang kakek. (jow)
Setelah sang kakek pergi, pemuda itu pun merenungi apa yang dikatakan sang kakek, hingga akhirnya ia sadar bahwa selama ini dia terlalu mengandalkan logikanya dalam menghadapi setiap permasalahannya. Dan akhirnya dia menemukan jawaban dari pertanyannya baahea Tuhan memang ada, hanya dia yang tidak bisa merasakan.
Setelah itu dia bergegas berlari mengejar sang kakek, dan meminta sang kakek untuk mengajarinya tentang ilmu agama. | jadiberita.com